Langsung ke konten utama

Postingan

MAKNA KATA "SEMENDE"

Semende sering kita dengar sebagai sebutan untuk sekolompok orang yang berbahasa Melayu dialek “e” pepet dan identik dengan adat “tunggu tubang”nya. Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan “semende?” Berdasarkan sejarah lokal yang diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi, semende berasal dari kata “same” (sama) dan “ende” (harga), semende secara etimologis berarti  “sama harga”. Menurut sebagian tetua, yang dimaksud dengan sama harga adalah pihak laki-laki tidak membeli dan pihak perempuan tidak dibeli. Selain makna di atas, semende juga dimaknai “same” (sama) dan “nde” (kepunyaan/kepemilikan). Semende juga bermakna “sama kepunyaan/kepemilikan”, artinya, sama-sama memiliki, dan memiiki sesuatu yang sama. Semende juga dapat diartikan “same” (Sama) dan “nde” (keluarga), semende (sama keluarga). Yang dimaksud dengan sama keluarga adalah memiliki keluarga yang sama atau dapat dikatakan satu keluarga. Demikianla arti kata “semende” yang berkembang dalam tutur lisan masyarakat
Postingan terbaru

Asal Usul Masyarakat Semende Way Tenung dan Pernikahan Raja Skala Brak ke-18

Desa Mutaralam,  Kecamatan Way Tenong,  Lampung Barat adalah dusun tua yang sudah tercatat dalam peta sejak zaman penjajahan konial Belanda. Dusun tua tersebut bersama dengan Liwa,  tercantum dalam Peta Keresidenan Lampung yang dikeluarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.  Namun siapa sangka bahwa dusun tua yang sudah ada sejak belum beridirinya Republik Indonesia tersebut bukanlah pemukiman etnis Lampung,  melainkan pedusunan masyarakat Semende.  Masyarakat Semende adalah bagian dari  kelompok masyarakat adat di wilayah Sumatra Bagian Selatan,  di samping masyarakat Semende terdapat juga kelompok masyarakat ogan,  Meranjat,  Pesemah,  Rejang,  Komering,  Palembang,  Bengkulu,  Lampung,  dan beberapa kelompok masyarakat adat lainnya. Kelompok-kelompok masyarakat tersebut menyebar di berbagai penjuru di wilayah Sumatra Bagian Selatan,  Mulai dari Jambi,  Sum-Sel,  Bengkulu,  hingga Lampung. Demikian pula dengan masyarakat Semende,  mereka tersebar di berbagai penjuru Sumbagsel. Pada mas

Andai-Andai, Dongeng dalam Budaya Semende

Setiap kelompok masyarakat di Nusantara memiliki kekhasannya tersendiri, di antaranya adalah media pendidikan sekaligus hiburan yang biasa kita sebut sastra lisan dongeng. Di Sumatra Bagian Selatan terdapat kelompok masyarakat adat yang bernama suku Semende, yaitu suku Melayu Muda yang terbentuk paska kedatangan Islam di Sumatra. Masyarakat Semende sangat kental dengan budaya melayu dan budaya keislaman, dongeng dijadikan sebagai media hiburan sekaligus pendidikan untuk anak-anak di rumah-rumah warga. Dongeng oleh orang Semende disebut "andai-andai", diambil dari bahasa Melayu yaitu pengandaian-pebgabdaian. Andai-andai biasanya berisi cerita yang tidak masuk akal, sehingga memicu kecerdasan anak untuk berintuisi membayangkan serunya jalan cerita. Namun di akhir cerita dalam andai-andai selalu terdapat pesan dan pelajaran kehidupan. Misalnya andai-andai "Ndung Kebau Bapang Kebau", yang bercerita tentang delapan orang anak yang kedua orang tuanya berubah menjadi ke

Ilham Al-Liwa (Dari Liwa ke Tanah Suci)

(oleh: Deni Yuniardi) Ilham, putra Liwa yang kini siap berangkat ke Hejaz, di mana Kota suci Mekkah berada. Sejak kecil ia sudah mengaji dan belajar Silek Padang-pencak silat padang- kepada datuk Abdullah, guru ngaji anak-anak liwa dari tanah minang. Musim kopi ditandai dengan mulai memerahnya buah kopi yang melekat di gugus-gugus buah di ranting-ranting kopi. Kopi itu di unduh lalu dikilang dengan kilangan kayu agar pecah dan terkelupas kulitnya, lalu dijemur selama beberapa hari. Setelah kering, kopi ditumbuk menggunakan lesung panjang, dipisahkan antara atah dan berasnya. Biji kopi siap dijual. Hasil panen selama bertahun-tahun dibelikan kebun sebagai tabungan.  Kebun itulah kini dijual sesuai rencana untuk bekal  keberangkatan Ilham menuju Mekah. Selembar surat pengantar dari datuk Abdullah ditujukan kepada sahabat minangnya di Mekah, menjadi bekal tambahan bagi Ilham. Selepas maghrib, sanak saudara telah berkumpul di lamban dalom, rumah besar tempat acara adat di laksanakan.

Terbukti Melanggar, Sejumlah Minimarket Ditutup

BERITA BREBES – Komisi II DPRD Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, bersama tim gabungan dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), dan Kantor Pelayanan Peizinan Terpadu (KPPT) Pemkab Brebes, menutup paksa sejumlah minimarket yang disinyalir belum menantoni izin resmi dari instansi terkait. Hal ini diketahui saat tim gabungan yang dipimpin Ketua Komisi II DPRD Brebes Zaki Syafrudin, ikut melakukan operasi penertiban izin dari sejumlah minimarket yang diduga belum berijin tersebut. Kepada Beritaekspres.com , Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Brebes, Zaki Safrudin Prihatin mengatakan, operasi penertiban minimarket itu dilakukan seiring dengan marak bermunculannya pasar modern di Kabupaten Brebes. Selain itu, sebagai tindaklanjut masukan dari masyarakat mengenai banyaknya pasar modern atau minimarket yang belum mengantongi izin, tetapi sudah beroperasi. Atas masukan itu, pihaknya berkoordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan penertiban dan penegakkan Peraturan Daera

Deni: Ini Pesanku Untuk Maba Unila

  Deni Yuniardi, Wakil Presiden Mahasiswa Unila periode lalu berpesan kepada maba Unila: 1. Jadikan ibadah sebagai alasan kuliah, sehingga selama bertahun-tahun kuliah bernilai pahala. 2. Belajarlah dengan sungguh-sungguh untuk tahu agar kamu menikmati belajar dan mendapatkan hasil yang maksimal, jangan jadikan nilai dari dosen tujuan tertinggi. Nilai dari dosen hanyalah hadiah atas usaha kita. 3. Pilihlah organisasi yang tepat, yang tujuannya baik, kegiatannya baik, orang-orangnya berakhlak baik, dan taat pada agamanya, karena kita akan akrab dengan mereka dan beberapa tahun kemudian akan jadi seperti mereka. 4. Jangan terpengaruh dengan trend, dan jangan jadikan benda-benda lebih berarti dari dirimu, contoh baju atau tas, dapat membuat pede, padahal apapun merek bajunya kalau kita pede maka akan tetap pede apa adanya. 5. jangan pacaran kalau belum siap lamaran, karena pacaran tanpa lamaran adalah main-main. 6. Takutlah dengan marah Tuhan sebelum takut dengan marah Do