Setiap kelompok masyarakat di Nusantara memiliki kekhasannya tersendiri, di antaranya adalah media pendidikan sekaligus hiburan yang biasa kita sebut sastra lisan dongeng.
Di Sumatra Bagian Selatan terdapat kelompok masyarakat adat yang bernama suku Semende, yaitu suku Melayu Muda yang terbentuk paska kedatangan Islam di Sumatra. Masyarakat Semende sangat kental dengan budaya melayu dan budaya keislaman, dongeng dijadikan sebagai media hiburan sekaligus pendidikan untuk anak-anak di rumah-rumah warga.
Dongeng oleh orang Semende disebut "andai-andai", diambil dari bahasa Melayu yaitu pengandaian-pebgabdaian.
Andai-andai biasanya berisi cerita yang tidak masuk akal, sehingga memicu kecerdasan anak untuk berintuisi membayangkan serunya jalan cerita. Namun di akhir cerita dalam andai-andai selalu terdapat pesan dan pelajaran kehidupan. Misalnya andai-andai "Ndung Kebau Bapang Kebau", yang bercerita tentang delapan orang anak yang kedua orang tuanya berubah menjadi kerbau, ketujuh anaknya durhaka, hanya satu saja yang berbakti pada orang tua yang sudah menjadi kerbau. Anak yang berbakti itulah yang selamat dan menjadi kaya.
Andai-andai seperti contoh di atas biasanya diceritakan pada malam hari menjelang tidur. Si ayah atau si kakek ketika letih karena siang bekerja di kebun, pada malam hari biasanya meminta anak-anaknya atau cucunya untuk memijat-mijat, pada saat cucunya memijat, sang kakek pun mulai bercerita menceritakan andai-andai. Dengan andai-andai, sang anak atau cucu mendapatkan pesan dan pelajaran tanpa merasa digurui.
Oleh: Deniyun
Komentar
Posting Komentar