Semende sering kita dengar sebagai sebutan untuk sekolompok orang yang berbahasa Melayu dialek “e” pepet dan identik dengan adat “tunggu tubang”nya. Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan “semende?”
Berdasarkan sejarah lokal yang diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi, semende berasal dari kata “same” (sama) dan “ende” (harga), semende secara etimologis berarti “sama harga”. Menurut sebagian tetua, yang dimaksud dengan sama harga adalah pihak laki-laki tidak membeli dan pihak perempuan tidak dibeli.
Selain makna di atas, semende juga dimaknai “same” (sama) dan “nde” (kepunyaan/kepemilikan). Semende juga bermakna “sama kepunyaan/kepemilikan”, artinya, sama-sama memiliki, dan memiiki sesuatu yang sama. Semende juga dapat diartikan “same” (Sama) dan “nde” (keluarga), semende (sama keluarga). Yang dimaksud dengan sama keluarga adalah memiliki keluarga yang sama atau dapat dikatakan satu keluarga.
Demikianla arti kata “semende” yang berkembang dalam tutur lisan masyarakat semende.
Selanjutnya, Semende sebagai adat, bahasa, etnik, dan wilayah akan dibahas di postingan selanjutnya..
Desa Mutaralam, Kecamatan Way Tenong, Lampung Barat adalah dusun tua yang sudah tercatat dalam peta sejak zaman penjajahan konial Belanda. Dusun tua tersebut bersama dengan Liwa, tercantum dalam Peta Keresidenan Lampung yang dikeluarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Namun siapa sangka bahwa dusun tua yang sudah ada sejak belum beridirinya Republik Indonesia tersebut bukanlah pemukiman etnis Lampung, melainkan pedusunan masyarakat Semende. Masyarakat Semende adalah bagian dari kelompok masyarakat adat di wilayah Sumatra Bagian Selatan, di samping masyarakat Semende terdapat juga kelompok masyarakat ogan, Meranjat, Pesemah, Rejang, Komering, Palembang, Bengkulu, Lampung, dan beberapa kelompok masyarakat adat lainnya. Kelompok-kelompok masyarakat tersebut menyebar di berbagai penjuru di wilayah Sumatra Bagian Selatan, Mulai dari Jambi, Sum-Sel, Bengkulu, hingga Lampung. Demikian pula dengan masyarakat Semende, mereka tersebar di berbagai penjuru Sumbagsel. Pada mas
Komentar
Posting Komentar