Langsung ke konten utama

KKN-KT FKIP UNILA TIGA BULAN, NGAPAIN AJA YA?



KKN (Kuliah Kerja Nyata) mengandung sejuta kejutan bagi mahasiswa. Apalagi bagi mahasiswa FKIP unila yang KKN-nya diintegrasikan dengan PPK (Praktik Profesi Kependidikan) selama tiga bulan. Membangun tim, masuk ke lingkungan baru, melakukan interaksi dengan masyarakat, dan mengajar di sekolah selama tiga bulan, akan menjadi pengalaman paling berharga selama kuliah yang tidak akan pernah terlupakan.
..............................................................................................................................................................
Tulisan ini berawal dari sebuah pertanyaan adik tingkat tentang KKN. "Kak ada buku semacam diktat KKN gak, yang berisi selama KKN itu kita harus ngapain aja?" seketika itu, saya langsung terpikir barangkali pertanyaan ini juga yang ada di benak adik-adik yang lainnya. "Oke gini aja, biar yang lain juga tau, kakak tulis dan kakak share di medsos nanti malem".....
..............................................................................................................................................................
Tidak mengherankan bila ada yang mengatakan bahwa masa yang sangat berkesan dan tida akan dilupakan selama kuliah itu ada tiga yaitu ketika pertama kali masuk, saat KKN, dan saat Wisuda. Ketiga moment tersebut pada kenyataannya memang merupakan moment yang sulit untuk dilupakan. Saat pertama kali masuk, adalah moment di mana kita mengenal dunia kampus pertama kali. Penuh pertanyaan dan kejutan, juga penuh dengan hal-hal baru yang belum pernah kita ketahui sebelumnya. Saat KKN, kita juga dihadapkan dengan tantangan-tantangan yang begitu nyata. Kita dipaksa tim yang kita kebanyakan belum pernah kenal sebelumnya, dipaksa masuk ke desa, berinteraksi dengan masyarakat mulai dari anak-anak, pemuda, hingga kaum tuanya. Melakukan kegiatan-kegiatan, menjalin komunikasi dan kerjasama dengan masyarakat desa. Selain itu, kita juga harus mengajar dan melakukan kegiatan-kegiatan di sekolah selama tiga bulan lamanya. Terakhir, saat wisuda. Di saat itulah kita mengakhiri semua yang kita jalani selama kuliah S-1 dengan berbagai kenangannya..

Banyak mahasiswa yang bingung saat akan mengahadapi KKN. bagaimana tidak bingung, harus menjalani hidup di desa yang sama sekali belum dikenali, ada juga yang kebagian lokasi di desa terpencil yang tidak ada listrik. Selama itu pula harus memenuhi kebutuhan, menjalankan progaram-program baik di desa maupun di sekolah. Yang lebih parah lagi adalah tidak sedikit diantara mahasiswa yang bingung harus melakukan progaram apa saja. Bingung dalam menghadapi KKN sebetulnya adalah hal yang wajar, was-was, deg-degkan, namun juga tetap optimis adalah suasana yang dirasakan hampir oleh setiap mahasiswa yang akan menjalani KKN. Nah, dalam kesmpatan ini, saya akan sedikit memberikan gambaran bagaiamana KKN itu dilakukan, juga akan sedkit menceritakan pengalaman saat menjalani KKN-KT selama tiga bulan di Karya Penggawa, Kabuoaten Psisir Barat 2014 lalu.

1. Sebelum keberangkatan KKN

a. Pembekalan
Sebelum memberangkatkan mahasiswa KKN, pihak kampus baik prodi, jurusan, maupun fakultas akan memberikan pembekalan kepada mahasiswanya. Pembekalan tersebut bertujuan memberikan bekal wawasan seputar KKN, sosial-budaya masyarakat, dan petunjuk-petunjuk teknis lapangan saat KKN kelak.

b. Pembagian Kelompok dan Struktur
Selanjutnya kita akan dibagi kedalam kelompok-kelompok desa, kecamatan, dan kabupaten. Satu desa dipimpin oleh koodinator desa (Kordes) dan koordinator sekolah (korsek), satu kecamatan dipimpin oleh koordinator kecamatan (korcam), dan setiap kabupaten dipimpin oleh koordinator kabupaten (korkab).

c. Rapat Perkenalan Anggota Kelompok
Setelah dibagi kelompok perdesa, hal yang harsu kawan-kawan lakukan adalah melakukan pertemuan perkenalan anggota kelompok. Dalam perkenalan ini, hendaknya tidak ada yang ditutup-tutupi, mulai dari suku, kelemahan, dan penyakit yang diderita. Kejujuran sangat penting dalam hal ini, sebab kawan-kawan kelompokmu akan bersama denganmu selama tiga bulan, dan bukan sekedar bersama, tetapi juga menjalanakan sejumlah program yang padat dan melelahkan. Rapat perkenalan ini terkadang tidak cukup satu kali pertemuan, untuk mengenal lebih dekat ada baiknya sering-sering berkumpul bersama.

d. Rapat pembentukan pengurus Kelompok
Rapat pembentukan pengurus ini dimulai dari pemilihan kordes, korsek, sekretaris kelompok, hingga bendahara kelompok. untuk memilih kordes hendaklah dipilih dari anggota yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik, dan mampu memberikan contoh bagi kawan-kawannya. Sebab, koordinator desa ini akan memimpin rombongan di desa, berkomunikasi dengan perngkat desa dan masyarakat mewakili kawan-kawan lainnya, menyampaikan sambutan di acara KKN di desa, dan akan menjadi refrensi penilaian terhadap mahasiswa KKN oleh masayarakat. Sementara kordinator sekolah hendaklah orang yang mampu berkomukikasi dengan baik, dan memiliki keberanian untuk berinteraksi dengan perangkat sekolah seperti kepala sekolah dan guru. Kordes akan memimpin kegiatan di sekolah, mengkoordinir program-program di desa, meningatkan anggota terkait jadwal mengajar dan piket, serta menjalin komunikasi dengan pihak sekolah mewakili kawan-kawan anggota kelompok. Terkadang juga, kordes ini diberi kesempatan untuk menjadi pembina upacara. Sekretaris kelompok hendaklah orang yang memiliki kecakapan dalam hal administarsi, seperti pembukuan, jadwal, dan mengetik, mencetak dokumen-dokumen kelompok. Terakhir, bendahara, hendaknya dipilih orang yang betul-betul mampu mengatur keuangan, memiliki daya tagih yang kuat ketika anggota mulai malas membayar iyuranan kelompok, dan tentunya sabar dan jujur. Menjadi seorang bendahara yang mengkoordinir keuangan kelompok selama tiga bulan bukanlah hal yang mudah,namun juga tidak terlalu sulit.

e. Rapat Penyusunan program KKN
Rapat penyusunan program KKN adalah rapat yang biasanya panjang dan alot. Pada rapat ini, pembahasan akan berjalan dengan penuh analisis dan pertimbangan, namun juga terkadang penuh dengan kelakar, lelucon dan canda tawa. Pada rapat penyusunan progaram ini biasanyan banyak juga anggota yang bingung harus memulai dari mana dan apa saja yang harus ditawarkan. Ketika ada anggota yang memiliki ide, tidak sedikit yang hanya diam memendam idenya sedalam mungkin karena takut salah dan dianggap "ngawur". Padahal, ide-ide tersebut sangat dibutuhkan dalam perumusan program kerja tersebut.

Dalam menyusun program kerja, ada baiknya kelompok membagi masa KKN menuliskan terlebih dahulu gagasan-gagasan yang diusulkan, baru kemudian memilah bersama-sama mana yang akan dilaksanakan. Kemudian membagi masa KKN menjadi bebrapa pekan, mulai dari pekan pertama hingga pekan ke-12. Selanjutnya mengisi masing-masing pekan dengan rencana kegiatan. Misalnya pekan pertama dan kedua perkenalan dengan perangkat desa, warga, dan sekolah. Bentuk kegiatannya melakukan pertemuan dengan perangjat desa, tokoh masayarakat, muda-mudi desa dan melakukan kunjungan ke sekolah. Selanjutnya, dapat dikembangkan oleh kelompok masing-masing sesuai dengan situasi. Program kerja yang telah disusun, dapat saja diubah ketika di lapangan sesuai dengan stuasi dan kondisi lapangangan.

2. Keberangkatan KKN
Detik-detik keberangkatan KKN, semua persiapan harus di periksa ulang agar tidak ada yang tertinggal. Mulai dari pakaian, buku, laptop dan cahrgernya, hp, kartu yang jaringannya sampai ke daerah yang dituju, sampai pulsa harus disiagakan agar selama perjalanan tidak gelabakan. Selanjutnya, berkomunikasilah dengan kawan-kawan kelompok, saling bantu, agar tidak ada yang merasa terlalu berat menanggung beban dalam kebarangkatan.

3. Paska Keberangkatan
Setelah sampai di lokasi, biasanya ada penyambutan di kabupaten atau kecamatan. Namun ada juga yang langsung ke desa masing-masing. Ketika memasuki desa, biasanya perasaan mulai tidak karuan, senang, bangga, semangat, juga deg-degan. Kampus pada saat itu tidak akan diingat lagi. Biasanya pak lurah akan mengarahkan kita ke tempat dimana kita akan tinggal atau menginap. Ia akan memperkenalkan tempat tinggal tersebut. Setelah sampai, mungkin anda akan sangat lelah. Luangkan waktu sejenak untuk duduk santai, rapat ringan membicarakan apa yang harus dilakukan segera, biasanya terkait dengan makan dan minum, tempat istirahat serta menetapkan rencana terdekat, misalnya berkunjung ke rumah-rumah tetangga di sore hari.

4. Pekan Pertama
Pekan pertama biasanya diisi dengan program pengenalan lingkungan dan sosialisasi awal dengan masayarakat. Pada saat-saat seperti ini, kordes dituntut perannya untuk menentukan arah kerja kelompok. Kelompok hendaknya melakukan komunkasi intens dengan perangkat desa seperti lurah, tokoh masyarakat, dan tokoh muda-mudi atau karang taruna. Mintailah saran dan masukan dari mereka serta mulailah untuk mngusulkan rencana atau kegiatan awal seperti acara perkenalan dan permohonan izin mahasiswa KKN yang dilakukan di masjid dihadiri oleh masayarakat, atau melakukan sosialisasi dan perkenalan di bali desa yang dihadiri oleh perwakilan elemen-elemen masayarakat desa. Sebagai golongan muda, ada baiknya menjalin komunukasi dengan baik kepada tokoh pemuda di desa tersebut dan mengadakan agenda perkenalan dan musyawarah dengan pemuda atau semacam sosialisasi dan jaring aspirasi. Dalam penyusunan program, mintailah keterlibtan perangkat desa dan masayarakat baik dalam mengkaji permasalahan, kebutuhan dan potensi desa maupun dalam menyusun kegiatan dan program yang relepan untuk desa tersebut. Tentu jangan lupa untuk memberikan pemahaman tentang KKN dan tiugas mahasiswa sebagai inisiator, agen perubahan, dan peran lainnya.

Pada pekan pertama, perlu sekali ditekankan dari awal kepada msayarakat bahwa mahasiswa KKN bertugas menginisiasi program-program yang bermanfaat bagi desa, yang dapat dilaksanakan oleh masayarakat bersama dengan mahasiswa KKN. Artinya, mahasiswa KKN bertindak sebagai inisitor, penggerak, dan tim ahli, sementara yang menjalankan adalah masyarakat bersama dengan mahaisiswa KKN. artinya setiap program melibatkan msayarakat sebagai pelaku mapun objek utama. Begitu juga di sekolah, tidak jauh berbeda dengan di desa. Mulai dari perkenalan, diskusi dengan perangkat sekolah dalam hal ini pengurus sekolah, dan merancang kembali program-program yang dibutuhkan dan dapat dilaksanakan. Pada pekan pertama ini biasanya dipenuhi dengan kejutan-kejutan. Tidak sedikit kejutan tersebut begitu mengenaskan, misalnya ketika pertama kali dan dengan terpaksa harus mengajar di kelas sementara guru pamong duduk di salah satu bangku siswa memberikan penilaian awal. Apalagi jika siswa sulit sekali dikendalikan. Bagi sebagian besar mahasiswa KKN, hal tersebut benar-benar membuat keringat bercucuran dan........, sangat mengenaskan.....
Bersmbung .....,^^

Rilis: Deni Yuniardi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Usul Masyarakat Semende Way Tenung dan Pernikahan Raja Skala Brak ke-18

Desa Mutaralam,  Kecamatan Way Tenong,  Lampung Barat adalah dusun tua yang sudah tercatat dalam peta sejak zaman penjajahan konial Belanda. Dusun tua tersebut bersama dengan Liwa,  tercantum dalam Peta Keresidenan Lampung yang dikeluarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.  Namun siapa sangka bahwa dusun tua yang sudah ada sejak belum beridirinya Republik Indonesia tersebut bukanlah pemukiman etnis Lampung,  melainkan pedusunan masyarakat Semende.  Masyarakat Semende adalah bagian dari  kelompok masyarakat adat di wilayah Sumatra Bagian Selatan,  di samping masyarakat Semende terdapat juga kelompok masyarakat ogan,  Meranjat,  Pesemah,  Rejang,  Komering,  Palembang,  Bengkulu,  Lampung,  dan beberapa kelompok masyarakat adat lainnya. Kelompok-kelompok masyarakat tersebut menyebar di berbagai penjuru di wilayah Sumatra Bagian Selatan,  Mulai dari Jambi,  Sum-Sel,  Bengkulu,  hingga Lampung. Demikian pula dengan masyarakat Semende,  mereka tersebar di berbagai penjuru Sumbagsel. Pada mas

Andai-Andai, Dongeng dalam Budaya Semende

Setiap kelompok masyarakat di Nusantara memiliki kekhasannya tersendiri, di antaranya adalah media pendidikan sekaligus hiburan yang biasa kita sebut sastra lisan dongeng. Di Sumatra Bagian Selatan terdapat kelompok masyarakat adat yang bernama suku Semende, yaitu suku Melayu Muda yang terbentuk paska kedatangan Islam di Sumatra. Masyarakat Semende sangat kental dengan budaya melayu dan budaya keislaman, dongeng dijadikan sebagai media hiburan sekaligus pendidikan untuk anak-anak di rumah-rumah warga. Dongeng oleh orang Semende disebut "andai-andai", diambil dari bahasa Melayu yaitu pengandaian-pebgabdaian. Andai-andai biasanya berisi cerita yang tidak masuk akal, sehingga memicu kecerdasan anak untuk berintuisi membayangkan serunya jalan cerita. Namun di akhir cerita dalam andai-andai selalu terdapat pesan dan pelajaran kehidupan. Misalnya andai-andai "Ndung Kebau Bapang Kebau", yang bercerita tentang delapan orang anak yang kedua orang tuanya berubah menjadi ke