Gerakan mahasiswa identik dengan aksi turun ke jalan. Namun, tidak selamanya gerakan itu harus turun ke jalan. Meskipun turun ke jalan telah menjadi budaya gerakan yang tidak boleh ditinggalkan sama sekali.
Gerakan mahasiswa juga tidak selamanya berawal dari sebuah kegelisahan, kerisauan, dan keironian. Namun, gerakan mahsiswa juga bisa beranjak dari optimisme dan cita-cita besar untuk melakukan perubahan progressif (perubahan yang menjadikan sesuatu semakin baik dan bermanfaat), dan juga dapat beranjak dari sebuah peluang besar untuk melakukan perubahan.
Gerakan mahasiswa tidak selamanya berada di luar ruangan, jauh dari kertas dan pena, serta selalu bercucuran keringat agar didengar. Namun, gerakan mahsiswa ada saatnya berada di dalam lingkaran pengambil kebijakan, saling bertukar dan beradu ide dan gagasan serta saling mendukung gagasan terbaik secara objektif. Pada kenyataannya juga, aksi adalah upaya untuk masuk ke dalam negosiasi.
Gerakan mahasiswa bukan juga untuk menolak satu metode gerakan dan mengambil satu metode sebagai cara yang paling benar. Namun, gerakan mahasiswa harus mampu menggabungkan kedua-duanya. Ia tidak diukur dari seberapa banyak jumlah massa aksi, tidak ditolok dengan seberapa anarky sebuah demo, namun ia dilihat dari seberapatercapainya tujuan yang diperjuangkan. Bukankah tujuan gerakan bukan banyaknya massa aksi, dan bukan juga untuk anarky. Ia hanyalah satu metode agar tujuan dapat dinegosiasi lalu dicapai sebuah kesepakatan.
lalu bagaimana gerakan yang dibutuhkan hari ini?
banyak yang bilang "kita bukan lagi di tahun '98", oleh sebab itu gerakan pemuda harus menyesuaikan dengan perkembangan situasi zaman. Hari ini, pemuda tidak lagi dituntut hanya berteriak di tengah jalan, namun ia dituntut untuk memberikan rumusan-rumusan solusi, draf permasalahan, dan menjadi teman diskusi para pengambil kebijakan, serta menjadi agen pengkampanye perubahan melalui diskusi, propaganda, aksi sosial, dan gerakan-gerakan kreatif yang melibatkan masyarakat banyak.
Kita harus mengambil peran pembangunan SDM masyarakat. Agar bangsa Indonesia memiliki kecerdasan dan kemampuan untuk berkembang. Disisi lain, apabila situasi mengharuskan mahasiswa bergerak, maka mahasiswa tidak lagi bergerak tanpa gerbong. Mahasiswa harus bergerak bersama mahasiswa lainnya, bersama elemen pemuda lainnya, dan yang tidak boleh juga ditinggalkan adalah masyarakat, baik sebagai gerbong gerakan yang turut serta dalam laju gerakan, maupun sebagai pendukung dan sosialitator nilai-nilai perjuangan dan dukungan moril untuk pemuda. Bukankah pemuda adalah wakil rakyat yang sebenarnya?
Komentar
Posting Komentar