Langsung ke konten utama

SECUIL TENTANG GERAKAN MAHASISWA KEDEPAN



Presiden dan Wakil Presiden BEM U KBM unila bersama seluruh gubernur BEm Fakultas sedang menyampaikan permohonan mahasiswa unila kepada Dirjen bagian Umum DIKTI. Permohonan tersebut: 1. Tinjau ulang pelaksanaan UKT klhususnya di unila; 2. Selesaikan proses pembangunan Rumah sakit Pendidikan yang mangkrak; 3. Selesaikan permasalah Beasiswa yang selalu terlambat; 4. Publikasikan LPJ rektor Unila kepada mahasiswa Unila.
Gerakan mahasiswa identik dengan aksi turun ke jalan. Namun, tidak selamanya gerakan itu harus turun ke jalan. Meskipun turun ke jalan telah menjadi budaya gerakan yang tidak boleh ditinggalkan sama sekali.
Gerakan mahasiswa juga tidak selamanya berawal dari sebuah kegelisahan, kerisauan, dan keironian. Namun, gerakan mahsiswa juga bisa beranjak dari optimisme dan cita-cita besar untuk melakukan perubahan progressif (perubahan yang menjadikan sesuatu semakin baik dan bermanfaat), dan juga dapat beranjak dari sebuah peluang besar untuk melakukan perubahan.
Gerakan mahasiswa tidak selamanya berada di luar ruangan, jauh dari kertas dan pena, serta selalu bercucuran keringat agar didengar. Namun, gerakan mahsiswa ada saatnya berada di dalam lingkaran pengambil kebijakan, saling bertukar dan beradu ide dan gagasan serta saling mendukung gagasan terbaik secara objektif. Pada kenyataannya juga, aksi adalah upaya untuk masuk ke dalam negosiasi.
Gerakan mahasiswa bukan juga untuk menolak satu metode gerakan dan mengambil satu metode sebagai cara yang paling benar. Namun, gerakan mahasiswa harus mampu menggabungkan kedua-duanya. Ia tidak diukur dari seberapa banyak jumlah massa aksi, tidak ditolok dengan seberapa anarky sebuah demo, namun ia dilihat dari seberapatercapainya tujuan yang diperjuangkan. Bukankah tujuan gerakan bukan banyaknya massa aksi, dan bukan juga untuk anarky. Ia hanyalah satu metode agar tujuan dapat dinegosiasi lalu dicapai sebuah kesepakatan.
lalu bagaimana gerakan yang dibutuhkan hari ini?
banyak yang bilang "kita bukan lagi di tahun '98", oleh sebab itu gerakan pemuda harus menyesuaikan dengan perkembangan situasi zaman. Hari ini, pemuda tidak lagi dituntut hanya berteriak di tengah jalan, namun ia dituntut untuk memberikan rumusan-rumusan solusi, draf permasalahan, dan menjadi teman diskusi para pengambil kebijakan, serta menjadi agen pengkampanye perubahan melalui diskusi, propaganda, aksi sosial, dan gerakan-gerakan kreatif yang melibatkan masyarakat banyak.
Kita harus mengambil peran pembangunan SDM masyarakat. Agar bangsa Indonesia memiliki kecerdasan dan kemampuan untuk berkembang. Disisi lain, apabila situasi mengharuskan mahasiswa bergerak, maka mahasiswa tidak lagi bergerak tanpa gerbong. Mahasiswa harus bergerak bersama mahasiswa lainnya, bersama elemen pemuda lainnya, dan yang tidak boleh juga ditinggalkan adalah masyarakat, baik sebagai gerbong gerakan yang turut serta dalam laju gerakan, maupun sebagai pendukung dan sosialitator nilai-nilai perjuangan dan dukungan moril untuk pemuda. Bukankah pemuda adalah wakil rakyat yang sebenarnya?








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Usul Masyarakat Semende Way Tenung dan Pernikahan Raja Skala Brak ke-18

Desa Mutaralam,  Kecamatan Way Tenong,  Lampung Barat adalah dusun tua yang sudah tercatat dalam peta sejak zaman penjajahan konial Belanda. Dusun tua tersebut bersama dengan Liwa,  tercantum dalam Peta Keresidenan Lampung yang dikeluarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.  Namun siapa sangka bahwa dusun tua yang sudah ada sejak belum beridirinya Republik Indonesia tersebut bukanlah pemukiman etnis Lampung,  melainkan pedusunan masyarakat Semende.  Masyarakat Semende adalah bagian dari  kelompok masyarakat adat di wilayah Sumatra Bagian Selatan,  di samping masyarakat Semende terdapat juga kelompok masyarakat ogan,  Meranjat,  Pesemah,  Rejang,  Komering,  Palembang,  Bengkulu,  Lampung,  dan beberapa kelompok masyarakat adat lainnya. Kelompok-kelompok masyarakat tersebut menyebar di berbagai penjuru di wilayah Sumatra Bagian Selatan,  Mulai dari Jambi,  Sum-Sel,  Bengkulu,  hingga Lampung. Demikian pula dengan masyarakat Semende,  mereka tersebar di berbagai penjuru Sumbagsel. Pada mas

KKN-KT FKIP UNILA TIGA BULAN, NGAPAIN AJA YA?

KKN (Kuliah Kerja Nyata) mengandung sejuta kejutan bagi mahasiswa. Apalagi bagi mahasiswa FKIP unila yang KKN-nya diintegrasikan dengan PPK (Praktik Profesi Kependidikan) selama tiga bulan. Membangun tim, masuk ke lingkungan baru, melakukan interaksi dengan masyarakat, dan mengajar di sekolah selama tiga bulan, akan menjadi pengalaman paling berharga selama kuliah yang tidak akan pernah terlupakan. .............................................................................................................................................................. Tulisan ini berawal dari sebuah pertanyaan adik tingkat tentang KKN. "Kak ada buku semacam diktat KKN gak, yang berisi selama KKN itu kita harus ngapain aja?" seketika itu, saya langsung terpikir barangkali pertanyaan ini juga yang ada di benak adik-adik yang lainnya. "Oke gini aja, biar yang lain juga tau, kakak tulis dan kakak share di medsos nanti malem"..... .....................................

Andai-Andai, Dongeng dalam Budaya Semende

Setiap kelompok masyarakat di Nusantara memiliki kekhasannya tersendiri, di antaranya adalah media pendidikan sekaligus hiburan yang biasa kita sebut sastra lisan dongeng. Di Sumatra Bagian Selatan terdapat kelompok masyarakat adat yang bernama suku Semende, yaitu suku Melayu Muda yang terbentuk paska kedatangan Islam di Sumatra. Masyarakat Semende sangat kental dengan budaya melayu dan budaya keislaman, dongeng dijadikan sebagai media hiburan sekaligus pendidikan untuk anak-anak di rumah-rumah warga. Dongeng oleh orang Semende disebut "andai-andai", diambil dari bahasa Melayu yaitu pengandaian-pebgabdaian. Andai-andai biasanya berisi cerita yang tidak masuk akal, sehingga memicu kecerdasan anak untuk berintuisi membayangkan serunya jalan cerita. Namun di akhir cerita dalam andai-andai selalu terdapat pesan dan pelajaran kehidupan. Misalnya andai-andai "Ndung Kebau Bapang Kebau", yang bercerita tentang delapan orang anak yang kedua orang tuanya berubah menjadi ke