(oleh: Deni Yuniardi) Ilham, putra Liwa yang kini siap berangkat ke Hejaz, di mana Kota suci Mekkah berada. Sejak kecil ia sudah mengaji dan belajar Silek Padang-pencak silat padang- kepada datuk Abdullah, guru ngaji anak-anak liwa dari tanah minang. Musim kopi ditandai dengan mulai memerahnya buah kopi yang melekat di gugus-gugus buah di ranting-ranting kopi. Kopi itu di unduh lalu dikilang dengan kilangan kayu agar pecah dan terkelupas kulitnya, lalu dijemur selama beberapa hari. Setelah kering, kopi ditumbuk menggunakan lesung panjang, dipisahkan antara atah dan berasnya. Biji kopi siap dijual. Hasil panen selama bertahun-tahun dibelikan kebun sebagai tabungan. Kebun itulah kini dijual sesuai rencana untuk bekal keberangkatan Ilham menuju Mekah. Selembar surat pengantar dari datuk Abdullah ditujukan kepada sahabat minangnya di Mekah, menjadi bekal tambahan bagi Ilham. Selepas maghrib, sanak saudara telah berkumpul di lamban dalom, rumah besar tempat acara adat di laksanakan.